Raden Arjuna adalah putra ketiga dari pasangan Dewi Kunti dan Prabu Pandu atau sering disebut dengan ksatria Panengah Pandawa. Seperti yang lainnya, Arjuna pun sesungguhnya bukan putra Pandu, namun ia adalah putra dari Dewi Kunti dan Batara Indra. Dalam kehidupan orang jawa, Arjuna adalah perlambang manusia yang berilmu tingga namun ragu dalam bertindak. Hal ini nampak jelas sekali saat ia kehilangan semangat saat akan menghadapi saudara sepupu, dan guru-gurunya di medan Kurusetra. Keburukan dari Arjuna adalah sifat sombongnya. Karena merasa tangguh dan juga tampan, pada saat mudannya ia menjadi sedikit sombong.
Arjuna memiliki dasanama sebagai
berikut : Herjuna, Jahnawi, Sang Jisnu, Permadi sebagai nama Arjuna saat muda,
Pamade, Panduputra dan Pandusiwi karena merupakan putra dari Pandu, Kuntadi
karena punya panah pusaka, Palguna karena pandai mengukur kekuatan lawan,
Danajaya karena tidak mementingkan harta, Prabu Kariti saat bertahta menjadi
raja di kayangan Tejamaya setelah berhasil membunuh Prabu Niwatakaca, Margana
karena dapat terbang tanpa sayap, Parta yang berarti berbudi luhur dan sentosa,
Parantapa karena tekun bertapa, Kuruprawira dan Kurusatama karena ia adalah
pahlawan di dalam baratayuda, Mahabahu karena memiliki tubuh kecil tetapi
kekuatannya besar, Danasmara karena tidak pernah menolak cinta manapun,
Gudakesa, Kritin, Kaliti, Kumbawali, Kumbayali, Kumbang Ali-Ali, Kuntiputra,
Kurusreta, Anaga, Barata, Baratasatama, Jlamprong yang berarti bulu merak
adalah panggilan kesayangan Werkudara untuk Arjuna, Siwil karena berjari enam
adalah panggilan dari Prabu Kresna, Suparta, Wibaksu, Tohjali, Pritasuta,
Pritaputra, Indratanaya dan Indraputra karena merupakan putra dari Batara
Indra, dan Ciptaning dan Mintaraga adalah nama yang digunakan saat bertapa di
gunung Indrakila. Arjuna sendiri berarti putih atau bening.
Pada
saat lahir, sukma Arjuna yang berwujud cahaya yang keluar dari rahim ibunya dan
naik ke kayangan Kawidaren tempat para bidadari. Semua bidadari yang ada jatuh
cinta pada sukma Arjuna tersebut yang bernama Wiji Mulya. Kegemparan tersebut
menimbulkan kemarahan para dewa yang lalu menyerangnya. Cahaya yang samar samar
tersebut lalu berubah menjadi sesosok manusia tampan yang berpakaian sederhana.
Hilangnya
sukma Arjuna dari tubuh Dewi Kunthi menyebabkan kesedihan bagi Prabu Pandu.
Atas nasehat Semar, Pandu lalu naik ke kayangan dan meminta kembali putranya
setelah diberi wejangan oleh Batara Guru.
Sejak
muda, Arjuna sudah gemar menuntut ilmu. Ia menuntut ilmu pada siapapun.
Menurutnya lingkungan masyarakat adalah gudang dari ilmu. Guru-gurunya antara
lain adalah Resi Drona, dari Resi Dona ia mendapat senjata ampuh yang bernama
panah Cundamanik dan Arya Sengkali, yang kedua adalah Begawan Krepa, Begawan
Kesawasidi, Resi Padmanaba, dan banyak pertapa sakti lainnya. Dalam kisah
Mahabarata, Arjuna berguru pada Ramaparasu, namun dalam kisah pewayangan, hal
tersebut hampit tidak pernah disinggung.
Dalam
pewayangan diceritakan bahwa Arjuna memiliki lebih dari 40 orang istri namun
hanya beberapa saja yang terkenal dan sering di singgung dalam pedalangan.
Istri-istri Arjuna adalah sebagai berikut :
-
Endang Jimambang berputra Bambang Kumaladewa dan Bambang Kumalasekti
- Dewi
Palupi atau Dewi Ulupi berputra Bambang Irawan
- Dewi
Wara Sumbadra berputra Raden Angkawijaya atau Raden Abimanyu.
- Dewi
Srikandi tidak berputra
- Dewi
Ratri berputra Bambang Wijanarka
- Dewi
Dresnala berputra Bambang Wisanggeni
- Dewi
Juwitaningrat berputra Bambang Senggoto yang beujud raksasa
-
Endang Manuhara berputri Dewi Pregiwa dan Dewi Manuwati
- Dewi
Banowati berputri Endang Pergiwati (diasuh oleh Endang Manuhara)
- Dewi
Larasati berputra Bambang Sumitra dan Bambang Brantalaras
- Dewi
Gandawati berputra Bambang Gandakusuma
-
Endang Sabekti berputra Bambang Priyembada
- Dewi
Antakawulan berputra Bambang Antakadewa
- Dewi
Supraba berputra Bambang Prabakusuma
- Dewi
Wilutama berputra Bambang Wilugangga
- Dewi
Warsiki tidak diketahui putranya
- Dewi
Surendra tidak diketahui putranya
- Dewi
Gagarmayang tidak diketahui putranya
- Dewi
Tunjungbiru tidak diketahui putranya
- Dewi
Leng-Leng Mulat tidak diketahui putranya
- Dewi
Citranggada berputra Bambang Babruwahana
- Dewi
Lestari tidak berputra
- Dewi
Larawangen tidak berputra
-
Endang Retno Kasimpar tidak berputra
- Dewi
Citrahoyi tidak berputra
- Dewi
Manukhara tidak berputra
Banyaknya
istri yang dimiliki Arjuna ini dalam cerita pewayangan bukanlah merupakan
gambaran seseorang yang serakah istri atau mata keranjang, namun gambaran bahwa
Arjuna dapat menerima dan diterima oleh semua golongan. Ketika muda, Arjuna
pernah ingin memperistri Dewi Anggraini, istri Prabu Ekalaya atau juga sering
disebut Prabu Palgunadi dari kerajaan Paranggelung. Saat itu Arjuna yang ingin
memaksakan kehendaknya mengakibatkan Dewi Anggraini bunuh diri karena ia hanya
setia pada suaminya. Prabu Ekalaya yang mengetahui hal itu menantang Arjuna,
namun kehebatan Prabu Ekalaya ternyata lebih dari Arjuna. Arjuna lalu mengadu
pada Drona. Ia beranggapan gurunya telah ingkar janji dengan pernah menyebutkan
tidak akan pernah mengajari memanah kepada siapapun selain Arjuna. Resi Drona
lalu pergi kepada Prabu Ekalaya. Prabu Ekalaya memang adalah penggemar dari
Resi Drona, namun karena ia tak dapat berguru secara langsung, ia menciptakan
arca Drona di istananya untuk diajak bicara dadn berlatih. Oleh Drona hal
tersebut dianggap sebagai suatu hal terlarang dengan memasang arcanya di sana.
Maka sebagai gantinya Resi Drona lalu meminta Cincin Mustika Ampal yang telah
tertanam di ibu jari Prabu Ekalaya. Oleh drona jari tersebut lalu dipotong lalu
di tempelkan pada jari Arjuna. Sejak itulah Arjuna memiliki enam jari pada
tangan kanannya. Hal ini dalam bahasa Jawa disebut siwil. Saat bertemu dengan
Arjuna lagi, Prabu Ekalaya kalah. Saat itu ia menyadari bahwa ia telah
diperdaya, maka sebelum mati ia berkata akan membalas dendam pada Drona kelak
dalam Perang Baratayuda.
Arjuna
memiliki banyak sekali senjata dan aji-aji.Senjata-senjata Arjuna antara lain
adalah Panah Gendewa dari Batara Agni setelah ia membantu Batara Agni melawan
Batar Indra dengan membakar Hutan Kandawa, Panah Pasopati dari Kirata, seorang
pemburu jelmaan Batara Guru, sebelum Arjuna membunuh Niwatakaca, Mahkota Emas
dan berlian dari Batara Indra, setelah ia mengalahkan Prabu Niwatakaca dan
menjadi Raja para bidadari selama tujuh hari, keris Pulanggeni, keris Kalanadah
yang berasal dari taring Batara Kala, Panah Sarotama, Panah Ardadali, Panah
Cundamanik, Panah Brahmasirah, Panah Angenyastra, dan Arya Sengkali, keempatnya
dari Resi Drona, Minyak Jayangketon dari Begawan Wilawuk, mertuanya, pusaka
Mercujiwa, panah Brahmasirah, cambuk kyai Pamuk, panah Mergading dan banyak
lagi. Selain itu aji-aji yang dimiliki Arjuna adalah sebagai berikut :
- Aji
Panglimunan/Kemayan : dapat menghilang
- Aji
Sepiangin : dapat berjalan tanpa jejak
- Aji
Tunggengmaya : dapat mencipta sumber air
- Aji
Mayabumi : dapat meperbesar wibawa dalam pertempuran
- Aji
Mundri/Maundri/Pangatep-atep : dapat menambah berat tubuh
- Aji
Pengasihan : menjadi dikasihi sesame
- Aji
Asmaracipta : menambah kemampuan olah piker
- Aji
Asmaratantra : menambah kekuatan dalam perang
- Aji
Asmarasedya : manambah keteguhan hati dalam perang
- Aji
Asmaraturida : meanmbah kekuatan dalam olah rasa
- Aji
Asmaragama : menambah kemampuan berolah asmara- Aji Anima : dapat menjadi
kecil hingga tak dapat dilihat
- Aji
Lakuna : menjadi ringan dan dapat melayang
- Aji
Prapki : sampai tujuan yang diinginkan dalam sekejap mata
- Aji
Matima/Sempaliputri : dapat mengubah wujudnya.
- Aji
Kamawersita : dapat perkasa dalam olah asmara
Arjuna
pernah membantu Demang Sagotra rukun dengan istrinya saat ia mencari nasi
bungkus untuk Nakula dan Sadewa setelah peristiwa Balesigala-gala. Konon hal
ini yang membuat Demang Sagotra rela menjadi tawur kemenangan Pandawa kelak
dalam Perang Baratayuda Jayabinangun.
Setelah
Pandawa dihadiahi hutan Kandaprasta yang terkenal angker, Arjuna bertemu dengan
Begawan Wilawuk yang sedang mencarikan pria yang diimpikan putrinya. Saat itu
Begawan Wilawuk yang berujud raksasa membawa Arjuna dan menikahkannya dengan
putrinya, Dewi Jimambang. Konon ini adalah istri pertama dari Arjuna. Dari
mertuanya, ia mendapat warisan minyak Jayangketon yang berhasiat dapat melihat
makhluk halus jika dioleskan di pelupuk mata. Minyak ini berjasa besar bagi
para Pandawa yang saat itu berhadapan dengan Jin Yudistira dan
saudara-saudaranya yang tak dapat dilihat mata biasa. Saat itu pulalah Arjuna
dapat mengalahkan Jin Dananjaya dari wilayah Madukara. Jin Danajaya lalu
merasuk dalam tubuh Arjuna. Selain mendapat nama Dananjaya, Arjuna juga
memperoleh wilayah kesatrian di Madukara dengan Patih Suroto sebagai patihnya.
Saat
menjadi buangan selama 12 tahun di hutan setelah Puntadewa kalah dalam
permainan dadu Arjuna pernah pergi untuk bertapa di gunung Indrakila dengan
nama Begawan Mintaraga. Dia saat yang sama Prabu Niwatakaca dari kerajaan
Manimantaka yang meminta Dewi Supraba yang akan dijadikan istrinya. Saat itu
tak ada seorang dewapun yang dapat menandingi kehebatan Prabu Niwatakaca dan
Patihnya Ditya Mamangmurka. Menurut para dewa, hanya Arjunalah yang sanggup
menaklukan raja raksasa tersebut. Batara Indra lalu mengirim tujuh bidadari
untuk memberhentikan tapa dari Begawan Mintaraga. Ketujuh bidadari tersebut
adalah Dewi Supraba sendiri, Dewi Wilutama, Dewi Leng-leng Mulat, Dewi
Tunjungbiru, Dewi Warsiki, Dewi Gagarmayang dan Dewi Surendra. Tetapi ketujuh
bidadari tersebut tetap saja tidak berhasil menggerakkan sang pertapa dari
tempat duduknya. Setelah ketujuh bidadari tersebut kembali ke kayangan dan
melaporkan kegagalannya, tiba-tiba munculah seorang raksasa besar yang
mengobrak-abrik gunung Indrakila. Oleh Ciptaning, Buta tersebut di sumpah
menjadi seekor babi hutan. Lalu babi hutan tersebut dipanahnya. Disaat yang
bersamaan panah seorang pemburu yang bernama Keratapura. Setelah melalui
perdebatan panjang dan perkelahian, ternyata Arjuna kalah. Arjuna lalu sadar
bahwa yang dihadapinya tersebut adalah Sang Hyang Siwa atau Batara Guru. Ia
lalu menyembah Batara Guru. Oleh Bataar Guru Arjuna diberi panah Pasopati dan
diminta mengalahkan Prabu Niwatakaca. Ternyata mengalahkan Prabu Niwatakaca
tidak semudah yang dibayangkan. Arjuna lalu meminta bantuan Batari Supraba.
Dengan datangnya Dewi Supraba ke tempat kediaman Prabu Niwatakaca, membuat sang
Prabu sangat senang karena ia memang telah keseng-sem dengan sang dewi. Prabu
Niwatakaca yang telah lupa daratan tersebut menjawab semua pertanyaan Dewi
Supraba, sedang Arjuna bersembunyi di dalam gelungnya. Pertanyaan tersebut
diantaranya adalah dimana letak kelemahan Prabu Niwatakaca, sang Prabu dengan
tenang menjawab, kelemahannya ada di lidah. Seketika itu Arjuna muncul dan
melawan Prabu Niwatakaca. Karena merasa di permainkan, Prabu Niwatakaca
membanting Arjuna dan mengamuk sejadi-jadinya. Saat itu Arjuna hanya
berpura-pura mati. Ketika Niwatakaca tertawa dan sesumbar akan kekuatannya,
Arjuna lalu melepaskan panah Pasopatinya tepat kedalam mulut sang prabu dan
tewaslah Niwatakaca.
Arjuna
lalu diangkat menjadi raja di kayangan Tejamaya, tempat para bidadari selama
tujuh hari (satu bulan di kayangan = satu hari di dunia). Arjuna juga boleh
memilih 40 orang bidadari untuk menjadi istrinya dimana ketujuh bidadari yang
menggodanya juga termasuk dalam ke-40 bidadari tersebut dan juga Dewi Dresnala,
Putri Batara Brahma. Selain itu Arjuna juga mendapat mahkota emas berlian dari
Batara Indra, panah Ardadali dari Batara Kuwera, dan banyak lagi. Arjuna juga
diberi kesempatan untuk mengajukan suatu permintaan. Permintaan Arjuna tersebut
adalah agar Pandawa jaya dalam perang Baratayuda. Hal ini menimbulkan kritik
keras dari Semar yang merupakan pamong Arjuna yang menganggap Arjuna kurang
bijaksana. Menurut Semar, Arjuna seharusnya tidak egois dengan memikirkan diri
sendiri dan tidak memikirkan keturunan Pandawa lainnya. Dan memang benar,
kesemua Putra Pandawa yang terlibat dalam Perang Baratayuda tewas.
Di
saat Arjuna sedang duduk-duduk tiba-tiba datanglah Dewi Uruwasi. Dewi Uruwasi
yang telah jatuh cinta terhadap Arjuna meminta dijadikan istrinya. Arjuna
menolak secara halus, namun Dewi Uruwasi yang sudah buta karena cinta tetap
mendesak. Karena Arjuan tetap menolak, Dewi Uruwasi mengutuknya akan menjadi
banci kelak. Arjuna yang sedih dengan kutukan tersebut dihibur Batara Indra.
Menurut Batara Indra hal tersebut akan berguna kelak dan tak perlu
disesali.Setelah kembali dari Kayangan, Arjuna dan saudara-saudaranya harus
menyamar di negri Wirata. Dan disinilah kutukan Dewi Uruwasi berguna. Arjuna
lalu menjadi guru tari dan kesenian, dan menjadi banci yang bernama Kendri
Wrehatnala. Di akhir penyamarannya, Arjuna kembali menjadi seorang ksatria dan
mengusir para kurawa yang ingin mnghancurkan kerajaan Wirata. Arjuna lalu akan
dikawinkan dengan Dewi Utari namun Arjuna meminta agar Dewi Utari dikawinkan
dengan putranya yaitu Raden Abimanyu.
Kendati
Arjuna adalah seorang berbudi luhur namun ia tetap tidak dapat luput dari
kesalahan. Hal ini menyangkut hal pilih kasih. Saat putranya Bambang Sumitra
akan menikah dengan Dewi Asmarawati, Arjuna terlihat acuh tak acuh. Oleh Semar,
lalu acara tersebut diambil alih sehingga pesta tersebut berlangsung dengan
sangat meriah dengan mengadirkan dewa-dewa dan dewi-dewi dari kayangan. Arjuna
kemudian sadar akan kekhilafannya dalam hal pilih-pilih kasih. Suatu pelajaran
yang dapat dipetik disini adalah sebagai orang tua hendaknya tidak
memilih-milih kasih pada anak-anaknya.
Dalam
perang Baratayuda Arjuna menjadi senopati Agung Pandawa yang berhasil membunuh
banyak satriya Kurawa dan juga senotapi-senopati lainnya. Yang tewas di tangan
Arjuna antara lain Raden Jayadrata yang telah membunuh putra kesayangannya
yaitu Abimanyu, Prabu Bogadenta, Raden Citraksa, Raden Citraksi, Raden
Burisrawa, dan Adipati Karna.
Masih
dalam Baratayuda, Arjuna yang baru saja kehilangan putra kesayangannya menjadi
kehilangan semangat, ditambah lagi guru dan saudara-saudaranya satu-persatu
gugur di medan Kurusetra. Prabu Kresna lalu memberi nasihat bahwa dalam perang
itu tidak ada kawan-lawan, kakak-adik ataupun guru-murid semuanya adalah takdir
dan harus dijalani. Ajaran ini dikenal dengan nama Bagawat Gita. Yang membuat
semangat ksatria penengah pandawa tersebut kembali menyala saat akan berhadapan
dengan Adipati Karna, saudara tua seibu.
Setelah
Perang Baratayuda berakhir, Dewi Banowati yang memang telah lama berselingkuh
dengan Arjuna kemudian diperistrinya. Sebelumnya Arjuna telah memiliki seorang
putri dari Dewi Banowati. Di saat yang sama Prabu Duryudana yang mulai curiga
dengan hubungan istrinya dan Arjuna lalu berkata bahwa jika yang lahir bayi
perempuan, itu adalah putri dari Arjuna dan Banowati akan diusir tetapi jika
itu laki-laki maka itu adalah putranya. Saat bayi tersebut lahir ternyata adalah
seorang perempuan. Banowati sangat panik akan hal itu. Namun atas pertolongan
Kresna, bayi tersebut ditukar sebelum Prabu Duryudana melihatnya. Bayi
perempuan yang lalu diasuh oleh Dewi Manuhara, istri Arjuna yang lain kemudian
di beri nama Endang Pergiwati. Karena kelahirannya hampir sama dengan putri
Dewi Manuhara yang bernama Endang Pergiwa, lalu keduanya di aku kembar. Sedang
untuk putra dari Dewi Banowati dan Prabu Duryudana, Prabu Kresna mengambil
seorang anak gandrawa dan diberi nama Lesmana Mandrakumara. Karena ia adalah
anak gandrawa yang dipuja menjadi manusia, maka Lesmana Mandrakumara memiliki
perwatakan yang cengeng dan agak tolol. Malang bagi Dewi Banowati, pada malam
ia sedang mengasuh Parikesit, ia dibunuh oleh Aswatama yang bersekongkol dengan
Kartamarma dan Resi Krepa untuk membunuh Parikesit yang masih Bayi. Dihari yang
sama Dewi Srikandi, dan Pancawala juga dibunuh saat sedang tidur. Untunglah
bayi parikesit yang menangis lalu menendang senjata Pasopati yang di taruh
Arjuna di dekatnya dan membunuh Aswatama.
Arjuna
yang sedang sedih karena Banowati telah dibunuh bersama Dewi Srikandi lalu
mencari seorang putri yang mirip dengan Dewi Banowati. Putri tersebut adalah
Dewi Citrahoyi, istri Prabu Arjunapati yang juga murid dari prabu Kresna. Prabu
Kresna yang tanggap akan hal itu lalu meminta Prabu Arjunapati menyerahkan
istrinya pada Arjuna. Prabu Arjunapati yang tersinggung akan hal itu menantang
Prabu Kresna berperang dan dalam pertempuran itu Prabu Arjunapati gugur sampyuh
dengan Patih Udawa dan Dewi Citrahoyi lalu menjadi istri Arjuna.
Setelah
penguburan para pahlawan yang gugur dalam perang Baratayuda dan pengangkatan
Prabu Puntadewa menjadi raja Astina dengan gelar Prabu Kalimataya, Arjuna
melaksanakan amanat kakaknya dengan mengadakan Sesaji Korban Kuda atau disebut
Sesaji Aswameda. Arjuna yang diiringi sepasukan tentara Astina lalu mengikuti
seekor kuda kemanapun kuda itu berjalan dan kerajaan-kerajaan yang dilewati
kuda tersebut harus tunduk pada Astina, jika tidak Arjuna dan pasukannya akan
menyerang kerajaan tersebut. Semua kerajaan yang dilewati kuda tersebut
ternyata dapat dikalahkan. Arjuna lalu kembali ke Astina dan akhir hidupnya
diceritakan mati moksa dengan keempat saudaranya dan Dewi Drupadi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar