I.PELAKSANAAN PRA NIKAH ADAT SOLO
- Nontoni
Bagian pertama dari rangkaian prosesi
pernikahan solo adalah Nontoni. Proses nontoni ini dilakukan oleh pihak
keluarga pria. Tujuan dari nontoni adalah untuk mengetahui status gadis yang
akan dijodohkan dengan anaknya, apakah masih legan (sendiri) atau telah
memiliki pilihan sendiri. Hal ini dilakukan untuk menjaga agar jangan sampai
terjadi benturan dengan pihak lain yang juga menghendaki si gadis menjadi
menantunya. Bila dalam nontoni terdapat kecocokan dan juga mendapat ‘lampu
hijau’ dari pihak gadis, tahap berikutnya akan dilaksanakan panembung.
- Panembung
Panembung dapat diartikan sebagai melamar. Dalam melamar seorang gadis yang
akan dijadikan jodoh, biasanya dilakukan sendiri oleh pihak pria disertai
keluarga seperlunya. Tetapi bagian ini bisa juga diwakilkan kepada sesepuh atau
orang yang dipercaya disertai beberapa orang teman sebagai saksi. Setelah pihak
pria menyampaikan maksud kedatangannya, orangtua gadis tidak langsung menjawab
boleh atau tidak putrinya diperistri. Untuk menjaga tata trapsila, jawaban yang
disampaikan kepada keluarga laki-laki akan ditanyakan dahulu kepada sang
putrid. Untuk itu pihak pria dimohon bersabar. Jawaban ini tentu saja
dimaksudkan agat tidak mendahului kehendak yang akan menjalankan, yaitu sang
gadis, juga agar taj menurunkan wibawa pihak keluarganya. Biasanya mereka akan
meminta waktu untuk memberikan jawaban sekitar sepasar atau 5 hari.
- Paningset
Apabila sang gadis bersedia dijodohkan dengan pria yang melamarnya, maka
jawaban akan disampaikan kepada pihak keluarga pria, sekaligus memberikan
perkiraan mengenai proses selanjutnya. Hal ini dimaksudkan agar kedua keluarga
bisa menentukan hari baik untuk mewujudkan rencana pernikahan. Pada saat itu,
orangtua pihak pria akan membuat ikatan pembicaraan lamaran dengan pasrah
paningset (sarana pengikat perjodohan). Paningset diserahkan oleh pihak calon
pengantin pria kepada pihak calon pengantin wanita paling lambat lima hari
sebelum pernikahan. Namun belakangan, dengan alasan kepraktisan, acara
srah-srahan paningset sering digabungkan bersamaan dengan upacara midodareni.
II. PELAKSANAAN PERNIKAHAN ADAT
Pelaksanaan pernikahan di Solo mempunyai tatanan yang memuat pokok-pokok
tradisi Jawa sebagai berikut :
1. SOWAN LUHUR
Maksudnya adalah meminta doa restu dari para sesepuh
dan piyagung serta melakukan ziarah kubur ke tempat leluhurnya.
2. WILUJENGAN
Merupakan ritual sebagai wujud permohonan kepada Tuhan Yang Maha Esa supaya
dalam melaksanakan hajat diberi keselamatan dan dijauhkan dari segala halangan.
Dalam wilujengan ini memakai sarat berupa makanan dengan lauk-pauk, seperti
‘sekul wuduk’ dan ‘sekul golong’ beserta ingkung (ayam utuh). Dalam wilujengan
ini semua sarat ubarampe enak dimakan oleh manusia.
3. PASANG TARUB
Merupakan tradisi membuat ‘bleketepe’ atau anyaman
daun kelapa untuk dijadikan atap atau peneduh resepsi manton. Tatacara ini
mengambil ‘wewarah’ atau ajaran Ki Ageng Tarub, salah satu leluhur raja-raja
Mataram. Saat mempunyai hajat menikahkan anaknya Dewi Nawangsih dengan Raden
Bondan Kejawan, Ki Ageng membuat peneduh dari anyaman daun kelapa. Hal itu
dilakukan dkarena rumah Ki Ageng uang kecil tidak dapat memuat semua tamu,
sehingga tamu yang diluar diteduhi dengan ‘payon’ itu ruang yang dipergunakan
untuk para tamu Agung yang luas dan dapat menampung seluruh tamu. Kemudian
payon dari daun kelapa itu disebut ‘tarub’, berasal dari nama orang yang
pertama membuatnya. Tatacara memasang tarub adalah bapak naik tangga sedangkan
ibu memegangi tangga sambil membantu memberikan ‘bleketepe’ (anyaman daun kelapa).
Tatacara ini menjadi perlambang gotong royong kedua orang tua yang menjadi
pengayom keluarga.
4. PASANG TUWUHAN
Tuwuhan mengandung arti suatu harapan kepada anak yang
dijodohkan dapat memperoleh keturunan, untuk melangsungkan sejarah keluarga.
Tuwuhan terdiri dari :
A. Pohon pisang raja yang buahnya sudah masuk
Maksud
dipilih pisang yang sudah masak adalah diharapkan pasangan yang akan menikah
telah mempunyai pemikiran dewasa atau telah masak. Sedangkan pisang raja
mempunyai makna pengharapan agar pasangan yang akan dinikahkan kelak mempunyai
kemakmuran, kemuliaan dan kehormatan seperti raja.
B. Tebu
wulung
Tebu wulung
berwarna merah tua sebagai gambaran tuk-ing memanis atau sumber manis. Hal ini
melambangkan kehidupan yang serba enak. Sedangkan makna wulung bagi orang Jawa
berarti sepuh atau tua. Setelah memasuki jenjang perkawinan, diharapkan kedua
mempelai mempunyai jiwa sepuh yang selalu bertindak dengan ‘kewicaksanaan’ atau
kebijakan.
C. Cengkir
gadhing
Merupakan
symbol dari kandungan tempat si jabang bayi atau lambing keturunan.
D. Daun randu dari pari sewuli
D. Daun randu dari pari sewuli
Randu
melambangkan sandang, sedangkan pari melambangkan pangan. Sehinggahal itu
bermakna agar kedua mempelai selalu tercukupi sandang dan pangannya.
E. Godhong apa-apa (bermacam-macam dedaunan)
E. Godhong apa-apa (bermacam-macam dedaunan)
Seperti daun
beringin yang melambangkan pengayoman, rumput alang-alang dengan harapan agar
terbebas dari segala halangan.
5. SIRAMAN DAN SADE DAWET (DODOL DAWET)
Peralatan
yang dipaka untuk siraman adalah sekar manca warna yang dimasukkan ke dalam jembangan,
kelapa yang dibelah untuk gayung mandi, serta jajan pasar, dan tumpeng robyong.
Air yang dipergunakan dalam siraman ini diambil dari tujuh sumber air, atau air
tempuran. Orang yang menyiram berjumlah 9 orang sesepuh termasuk ayah. Jumlah
sembilan tersebut menurut budaya Keraton Surakarta untuk mengenang keluhuran
Wali Sanga, yang bermakna manunggalnya Jawa dan Islam. Selain itu angka
sembilan juga bermakna ‘babakan hawa sanga’ yang harus dikendalikan.
Pelaksanaan
tradisi iniMasing-masing sesepuh melaksanakan siraman sebanyak tiga kali dengan
gayung yang terbuat dari tempurung kelapa yang diakhiri siraman oleh ayah
mempelai wanita. Setelah itu bapak mempelai wanita memecah klenthing atau
kendhi, sambil berucap ‘ora mecah kendhi nanging mecah pamore anakku’.
Seusai
siraman calon pengantin wanita dibopong (digendong) oleh ayah ibu menuju kamar
pengantin. Selanjutnya sang Ayah menggunting tigas rikmo (sebagian rambut di
tengkuk) calon pengantin wanita. Potongan rambut tersebut diberikan kepada sang
ibu untuk disimpan ke dalam cepuk (tempat perhiasan), lalu ditanam di halaman
rumah. Upacara ini bermakna membuang hal-hal kotor dari calon pengantin wanita.
Kemudian rambut calon pengantin wanita. Kemudian rambut calon pengantin wanita
dikeringkan sambil diharumi asap ratus, untuk selanjutnya ‘dihalubi-halubi’
atau dibuat cengkorong paes. Selanjutnya rambut dirias dengan ukel konde tanpa
perhiasan, dan tanpa bunga.
Dodol Dawet
Pada saat calon pengantin dibuat cengkorong paes itu,
kedua orangtua menjalankan tatacara ‘dodol dawet’ (menjual dawet). Disamping
dawet itu sebagai hidangan, juga diambil makna dari cendol yang berbentuk
bundar merupakan lambing kebulatan kehendak orangtua untuk menjodohkan anak.
Bagi orang yang akan membeli dawet tersebut harus
membayar dengan ‘kreweng’ (pecahan genting) bukan dengan uang. Hal ini
menunjukkan bahwa kehidupan manusia berasal dari bumi. Yang melayani pembeli
adalah ibu, sedangkan yang menerima pembayaran adalah bapak. Hal ini
mengajarkan kepada anak mereka yang akan menikah tentang bagaimana mencari
nafkah sebagai suami istri , harus saling membantu.
6. SENGKERAN
Setelah
calon pengantin wanita ‘dihaluh-halubi’ atau dibuat cengkorong paes lalu
‘disengker’ atau dipingit. Artinya tidak boleh keluar dari halaman rumah.
Hal ini untuk menjaga keselamatannya. Pemingitan ini dulu dilakukan selama seminggu, atau minimal 3 hari. Yang mana dalam masa ini, calon pengantin putri setiap malam dilulur dan mendapat banyak petuah mengenai bagaimana menjadi seorang istri dan ibu dalam menjalani kehidupan dan mendampingi suami, serta mengatur rumah tangga.
Hal ini untuk menjaga keselamatannya. Pemingitan ini dulu dilakukan selama seminggu, atau minimal 3 hari. Yang mana dalam masa ini, calon pengantin putri setiap malam dilulur dan mendapat banyak petuah mengenai bagaimana menjadi seorang istri dan ibu dalam menjalani kehidupan dan mendampingi suami, serta mengatur rumah tangga.
7. MIDODARENI ATAU MAJEMUKAN
Malam
menjelang dilaksanakan ijab dan panggih disebur malam midodareni. Midodareni
berasal dari kata widodari. Masyarakat Jawa tradisional percaya bahwa pada malam
tersebut, para bidadari dari kayangan akan turun ke bumi dan bertandang ke
kediaman calon pengantin wanita, untuk menyempurnakan dan mepercantik pengantin
wanita.
Prosesi yang
dilaksanakan pada malam midodareni
A. Jonggolan
Datangnya
calon pengantin ke tempat calon mertua. ‘Njonggol’ diartikan sebagai
menampakkan diri. Tujuannya untuk menunjukkan bahwa dirinya dalam keadaan sehat
dan selamat, dan hatinya telah mantap untuk menikahi putri mereka. Selama
berada di rumah calon pengantin wanita, calon pengantin pria menunggu di
beranda dan hanya disuguhi air putih.
B. Tantingan
Kedua
orangtua mendatangi calon pengantin wanita di dalam kamar, menanyakan
kemantapan hatinya untuk berumah tangga. Maka calon pengantin wanita akan
menyatakan ia ikhlas menyerahkan sepenuhnya kepada orangtua, tetapi mengajukan
permintaan kepada sang ayah untuk mencarikan ‘kembar mayang’ sebagai isyarat
perkawinan.
C. Turunnya Kembar Mayang
Turunnya
kembar mayang merupakan saat sepasang kembar mayang dibuat. Kembar mayang ini
milik para dewa yang menjadi persyaratan, yaitu sebagai sarana calon pengantin
perempuan berumah tangga. Dalam kepercayaan Jawa, kembar
mayang hanya dipinjam dari dewa, sehingga apabila sudah selesai dikembalikan
lagi ke bumi atau dilabuh melalui air. Dua kembar mayang tersebut dinamakan
Dewandaru dan Kalpandaru. Dewandaru mempunyai arti wahyu pengayoman. Maknanya
adalah agar pengantin pria dapat memberikan pengayoman lahir dan batin kepada
keluarganya. Sedangkan Kalpandaru, berasal dari kata kalpa yang artinya langgeng
dan daru yang berarti wahyu. Maksudnya adalah wahyu kelanggengan, yaitu agar
kehidupan rumah tangga dapat abadi selamanya.
D. Wilujengan Majemukan
Wilujengan
Majemukan adalah silahturahmi antara keluarga calon pengantin pria dan wanita
yang bermakna kerelaan kedua pihak untuk saling berbesanan. Selanjutnya ibu
calon pengantin wanita menyerahkan angsul-angsul atau oleh-oleh berupa makanan
untuk dibawa pulang kepada ibu calon pengantin pria. Sesaat sebelum rombongan
pulang, orang tua calon pengantin wanita memberikan kepada calon pengantin
pria.
8. IJAB PANIKAH
Pelaksanaan
ijab panikah ini mengacu pada agama yang dianut oleh pengantin. Dalam tata cara
Keraton, saat ijab panikah dilaksanakan oleh penghulu, tempat duduk penghulu
maupun mempelai diatur sebagai berikut :
• Pengantin
laki-laki menghadap barat
• Naib di
sebelah barat menghadap timur
• Wali menghadap ke selatan, dan para saksi bisa
menyesuaikan
Adat Pernikahan Yogyakarta

Nontoni
Nontoni
adalah tahap awal dalam proses menuju pernikahan. Nontoni adalah upacara untuk
melihat calon pasangan yang akan dinikahinya. Jaman dulu, atau beberapa puluh
tahun yang lalu, orang yang akan menikah belum tentu tahu dan kenal dengan
orang yang akan dinikahinya.
Prosesi
ini bertujuan agar calon pengantin ada gambaran siapa dan seperti apa jodohnya
nanti. Biasanya prosesi ini diprakarsai pihak pria. Sebelum acara nontoni, orangtua
pihak laki-laki sudah menyelidiki tentang keadaan si gadis yang akan diambil
menantu. Penyelidikan ini dinamakan dom sumuruping banyu atau penyelidikan
secara rahasia.
Jika
hasil nontoni memuaskan, dan si perjaka menerima pilihan orangtuanya, maka selanjutnya
diadakan musyawarah diantara orangtua/pinisepuh si perjaka untuk menentukan
tata cara lamaran.
Lamaran
Setelah
acara Nontoni dan calon dan si perjaka menerima pilihan orangtuanya,
selanjutnya dilanjutkan acara lamaran. Melamar berarti meminang, karena pada
zaman dulu diantara calon pengantin pria dan wanita kadang masih belum saling
mengenal. Oleh karena itu, orang tualah yang mencarikan jodoh dan menanyakan
kepada seseorang apakah puterinya sudah atau belum mempunyai calon suami. Dari
sini kemudian bisa dirembug hari baik untuk menerima lamaran atas persetujuan
bersama.
Pada
hari yang telah ditetapkan, datanglah utusan dari calon besan dari pihak calon
pengantin pria dengan membawa oleh-oleh. Pada zaman dulu biasa disebut Jodang
(tempat makanan dan lain sebagainya) yang dipikul oleh empat orang pria.
Makanan
tersebut biasanya terbuat dari beras ketan antara lain : Jadah, Wajik,
Rengginang dan sebagainya.
Mengapa
terbuat dari bahan ketan, hal ini karena sifat dari bahan baku ketan yang
banyak glutennya sehingga lengket dan diharapkan kelak kedua pengantin dan
antar besan tetap lengket, kalau dalah bahasa Jawa “Pliket”.
Setelah
lamaran diterima, kedua belah pihak kemudian merundingkan hari baik untuk
melaksanakan upacara peningsetan. Sebagiab besar masyarakat Jawa masih
melestarikan system pemilihan hari pasaran pancawara dalam menentukan hari baik
untuk upacara peningsetan dan hari ijab pernikahan.
Peningsetan
Peningsetan
berasal dari kata dasar singset (Jawa) yang berarti ikat, jadi peningsetan berarti
pengikat. Peningsetan adalah suatu upacara penyerahan sesuatu sebagai pengikat
dari orangtua pihak pengantin pria kepada pihak calon pengantin puteri.
Menurut
tradisi peningset terdiri dari Kain batik, bahan kebaya, semekan, perhiasan
emas, uang yang biasa disebut tukon, ini disesuaikan dengan kemampuan
ekonominya. Jodang yang berisi Jadah, wajik, rengginang, gula, the, pisang raja
satu tangkep, lauk pauk dan satu jenjang kelapa yang dipikul tersendiri, satu
jodoh ayam hidup. Untuk menyambut kedatangan ini diiringi dengan gading Nala
Ganjur. Kemudian penentuan hari baik pernikahan ditentukan bersama antara kedua
pihak setelah acara peningsetan.
Tarub
Tarub
adalah hiasan janur kuning (daun kelapa yang masih muda) yang dipasang tepi
tratag yang terbuat dari bleketepe (anyaman daun kelapa yang hijau). Pemasangan
tarub biasanya bersamaan dengan acara siraman (memandikan calon pengantin),
yaitu satu hari sebelum pernikahan itu dilaksanakan.
Selain
janur kuning masih ada lagi perlengkapan lain diantaranya biasa disebut
tuwuhan. Adapaun macamnya:
1. Dua
batang pohon pisang raja yang buahnya tua/matang
2. Dua
jangjang gading (cengkir gading Jawa)
3. Gua
untai padi yang sudah tua
4. Dua
batang pohon tebu wulung (tebu hitam) yang lurus
5. Daun
beringin secukupnya
6. Daun
dadap srep
Tuwuhan
dan gegodongan ini dipasang di kiri pintu gerbang satu unit dan di kanan
gerbang satu unit ( dan apabila acara telah selesai pisang dan kelapa bisa
diperebutkan pada anak-anak). Selain pemasangan perlengkapan tarub di atas
masih juga dilengkapi dengan perlengkapan-perlengkapan yang merupakan petuah
dan nasihat yang adi luhung, harapan serta doa kepada Tuhan Yang Maha Kuasa
yang dilambangkan melalui:
1.
Pisang raja dan pisang pulut yang berjumlah genap.
2.
Jajan pasar
3. Nasi
liwet yang dileri lauk serundeng.
4. Kopi
pahit, teh pahit, dan sebatang rokok.
5. Roti
tawar.
6.
Jadah bakar.
7.
Tempe keripik.
8.
Ketan, kolak, apem.
9.
Tumpeng gundul
10.
Nasi golong sejodo yang diberi lauk.
11.
Jeroan sapi, ento-ento, peyek gereh, gebing
12.
Golong lulut.
13.
Nasi gebuli
14.
Nasi punar
15.
Ayam 1 ekor
16.
Pisang pulut 1 lirang
17.
Pisang raja 1 lirang
18.
Buah-buahan + jajan pasar ditaruh yang tengah-tengahnya diberi tumpeng kecil.
19.
Daun sirih, kapur dan gambir
20.
Kembang telon (melati, kenanga dan kantil)
21.
Jenang merah, jenang putih, jenang baro-baro.
22.
Empon-empon, temulawak, temu giring, dlingo, bengle, kunir, kencur.
23.
Tampah(niru) kecil yang berisi beras 1 takir yang diatasnya 1 butir telor ayam
mentah, uang logam, gula merah 1 tangkep, 1 butir kelapa.
24.
Empluk-empluk tanah liat berisi beras, kemiri gepak jendul, kluwak, pengilon,
jungkat, suri, lenga sundul langit
25.
Ayam jantan hidup
26.
Tikar
27.
Kendi, damar jlupak (lampu dari tanah liat) dinyalakan
28.
Kepala/daging kerbau dan jeroan komplit
29.
Tempe mentah terbungkus daun dengan tali dari tangkai padi (merang)
30.
Sayur pada mara
31.
Kolak kencana
32.
Nasi gebuli
33.
Pisang emas 1 lirang
Masih
ada lagi petuah-petuah dan nasihat-nasihat yang dilambangkan melalui : Tumpeng
kecil-kecil merah, putih,kuning, hitam, hijau, yang dilengkapi dengan
buah-buahan, bunga telon, gocok mentah dan uang logam yang diwadahi diatas
ancak yang ditaruh di:
1. Area
sumur
2. Area
memasak nasi
3.
Tempat membuat minum
4.
Tarub
5.
Untuk menebus kembarmayang (kaum)
6.
Tempat penyiapan makanan yang akan dihidangkan
7.
Jembatan
8.
Prapatan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar